ELECTRIC SYSTEM - CHARGING SYSTEM

Struktur dan Fungsi

Sistem kelistrikan pada alat berat seperti starting system, lighting system dan instrumen kelistrikan lainnya membutuhkan energi listrik untuk dapat bisa menjalankan fungsinya masing masing. Energi listrik yang dapat di-supply oleh baterai sebagai sumber listrik jumlahnya terbatas dan akan habis jika terus menerus digunakan.
Secara umum sistem pengisian berfungsi untuk menghasilkan energi listrik supaya bisa mengisi kembali dan mempertahankan kondisi baterai. Disamping itu, sistem pengisian juga berfungsi untuk menyuplai energi listrik secara langsung ke sistem-sistem kelistrikan yang membutuhkan. Sistem pengisian (charging system), pada produk-produk Komatsu diklasifikasikan menjadi 4 (empat), yaitu:
  • Sistem pengisian dengan DC Generator dan Tirril Regulator.
  • Sistem pengisian dengan Alternator dan Tirril Regulator.
  • Sistem pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator.
  • Sistem pengisian dengan Alternator Brushless dan Semi Conductor Regulator.
Sistem pengisian dengan DC Generator dan Tirril Regulator serta Alternator dan Tirril Regulator, keduanya sudah tidak digunakan lagi. Sistem tersebut hanya digunakan pada unit terdahulu yang sekarang populasinya sudah hampir habis, sehingga tidak dibahas lagi.


Sistem Pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator

Tegangan yang dihasilkan alternator diatur oleh regulator, disesuaikan dengan karakteristik sistem kelistrikan pada unitnya. Adapun arus yang masuk ke battery (sebagai arus pengisian) dapat dimonitor melalui Ammeter atau charging lamp yang dihubungkan seri dengan terminal R alternator dan terminal ACC starting switch.


Alternator

Konstruksi dan prinsip kerja alternator adalah:

Field coil (rotor coil) mendapat arus penguat sehingga pada rotor coil timbul medan magnet. Bila alternator diputar oleh engine, maka medan magnet pada rotor coil akan dipotong oleh konduktor pada stator coil, sehingga pada stator akan timbul arus listrik. Tegangan bolak balik yang keluar dari stator disearahkan oleh diode sehingga menjadi arus searah.


Semi Conductor Regulator

Fungsi semi conductor regulator adalah mengontrol arus penguat ke field coil (rotor coil) sehingga didapatkan tegangan yang dihasilkan alternator antara 27,5 - 29,5 volt. Prinsip kerja regulator adalah:

Bila starting switch posisi ON, maka arus dari battery akan mengalir ke rotor coil. Jalannya arus penguat adalah: Battery - B - R - rotor coil - F - T1 – E.

Setelah rotor coil menjadi magnet dan alternator diputar oleh engine, maka alternator akan menghasilkan tegangan.

Bila output voltage dari alternator masih kecil, maka arus yang keluar dari alternator akan memperkuat medan magnet pada rotor coil, sehingga output voltage dari alternator naik. Output voltage dari alternator adalah sebanding dengan putaran dan kekuatan medan magnetnya.

Saat tegangan mencapai 29,5 volt, maka voltage drop di V3 akan menyebabkan zener diode mendapat reverse voltage, sehingga T2 akan ON dan T1 akan OFF. Dengan demikian, arus penguat ke rotor coil tidak mendapat ground dan kemagnetan akan berkurang sehingga tegangan yang dihasilkan alternator akan turun. Bila output voltage turun mencapai 27,5 volt, maka T2 akan OFF dan T1 kembali ON dan field coil mendapat arus penguat kembali, sehingga output voltage alternator naik kembali. Hal tersebut di atas terjadi berulang-ulang sehingga mengatur output voltage sebesar 27,5 - 29,5 volt.

Sistem Pengisian dengan Alternator Brushless dan Semi Conductor Regulator.


Pada prinsipnya, sistem pengisian jenis ini sama dengan pengisian yang menggunakan alternator dan semi conductor regulator. Adapun perbedaannya terletak pada konstruksi alternator yang tidak menggunakan brush serta adanya sistem penguat yang disebut dengan Darlington pada regulatornya.

KLIK GAMBAR AGAR TAMPAK LEBIH JELAS

Prinsip kerja Darlington regulator:


Bila switch ON, maka TR1 ON, sehingga akan ada arus B2 - E2, dengan demikian TR2 juga ON. Jadi:

IB2 = IB1 + IC1

Misal, hFE TR1 = TR2 = 20. hFE = Nilai penguatan, berarti penguatan yang terjadi adalah 20 kali. Bila IB1 = 1 mA dan
IC1 = 20 mA, maka:

IB2 = IB1 + IC1
= 1 + 20
= 21 mA

dengan demikian :
IC2 = 21 x 20
= 420 mA



Demikian sharing mengenai charging system, semoga bermanfaat dan dapat membantu Sahabat Sebel.461. Kami sangat mengharap komentar positif maupun negatif dan support dari teman-teman agar wibesite SEBEL461.com bisa terus berbenah dan terus bisa sharing hal yang positif. Mohon maaf apabila ada yang kurang dari penjelasan kami, silahkan teman-teman bisa tambahkan di kolom komentar menurut pemahaman teman-teman.


Post a Comment